Friday, July 25, 2008

Fenomena Lagu Gaby

Mumpung belum terlalu telat, sebagai orang yang sehari-hari bergelut dengan musik, saya juga mau ikutan komentar. Ada beberapa kemungkinan tentang "wabah" lagu ini:
1. diupload di internet secara sengaja oleh si penciptanya
2. diupload di internet secara sengaja oleh orang yang bukan penciptanya (bisa teman si pencipta lagu atau orang yang ngerekam lagu dengan niat menyebarkannya lewat internet):
2.a. sepengetahuan atau seizin si pencipta
2.b. tanpa sepengetahuan atau seizin si pencipta.

Sementara itu, tentang banyaknya yang mengaku sebagai pencipta lagu (yang sebenarnya secara musikalitas lagu tsb sangat biasa sekali), inilah beberapa kemungkinannya:
1. Orang/band itu jujur dan memang dialah penciptanya
2. Orang/band itu tidak jujur alias bohong alias penuh dusta
It's enough! ya... cuma dua kemungkinan itu saja.

Nah... kalau soal bagaimana prosesnya hingga ada yang ngaku2 lagu tersebut adalah ciptaannya (kita sebut saja si pembohong), berikut adalah beberapa kemungkinannya:
  1. Si pembohong melihat dan mendengar langsung ketika si pencipta menyanyikan lagu tersebut, kemudian merekamnya dalam ingatan/tape recorder/hp dngn fasilitas recording. Suatu hari dia mengklaim lagu itu sebagai ciptaannya.
  2. Si pembohong melihat dan mendengar lewat internet, dia suka, kemudian dia genjrang-genjreng gitar di rumah dan mengklaim lagu itu sebagai ciptaannya.
  3. Si pembohong nemu cd, kaset, atau flashdisk di suatu tempat misalnya tempat sampah, ternyata setelah didengerin berisi lagu Gaby 'Tinggal Kenangan'. Kemudian dia mengaku itu lagu ciptaannya.

Sikap saya sebagai orang musik:
1. Mengutuk keras para pembohong seperti emaknya si Malin Kundang
2. Mengajak para musisi untuk merasa malu dengan fenomena ini (malu koq ngajak-ngajak sih...)

Solusi:
Harus segera diadakan Sumpah Pocong, biar yang boong langsung jadi pocong hihihihi....

Thursday, July 26, 2007


IWAN FALS SANG LEGENDA


Iwan Fals, ya... namanya begitu kuat tertanam di hati para penikmat musik Indonesia. Namanya sudah menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, kesewenang-wenangan penguasa, simbol pembela kaum lemah seperti anak jalanan, pengamen, orang-orang pinggiran, simbol kekuatan-kekuatan lirik cinta yang lugas apa adanya, sekaligus sebagai ikon musisi yang masih bertahan sampai saat ini.


Banyaknya konser-konser band di negri ini dapat membuktikan besarnya apresiasi orang terhadap Iwan Fals. Coba perhatikan, apapun konsernya, spanduk Oi (Orang Indonesia), yang merupakan komunitas fans Iwan Fals, selalu terentang. Spanduk Oi selalu ada seperti halnya spanduk Slankers. Ya... keduanya memang kekuatan besar dalam industri musik Indonesia, dengan jumlah fans fanatik yang sangat besar. Bedanya, Slankers adalah fans sebuah grup band bernama Slank, dan Oi adalah fans seorang penyanyi bernama Iwan Fals. Yang dilihat fans Iwan adalah sosoknya secara individu, ya... secara individu atau personal !


Iwan Fals lahir di Jakarta dengan nama Virgiawan Listanto pada tanggal 3 September 1961. Pengagum Bob Dylan itu, mempunyai istri bernama Rosanna, dikaruniai tiga anak, Annisa Cikal Rambu Basae, Rayya Rambu Robbani, dan Galang Rambu Anarki (alm).


Iwan Fals juga pernah bermain film tahun 1985 berjudul Damai Kami Sepanjang Hari, yang disutradarai oleh Sophan Sophiaan.

Discography:
Canda dalam nada (1979)
Perjalanan (1980)
Sarjana Muda (1981)
Opini (1982)
Sumbang (1983)
Barang Antik (1984)
Sugali (1984)
KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985)
Sore Tugu Pancoran (1985)
Aku Sayang Kamu (1986)
Ethiopia(1986)
Lancar (1987)
Wakil Rakyat (1987)
1910 (1988)
Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1988)
Mata Dewa (1989)
Swami I (1989)
Kantata Takwa (1990)
Cikal (1991)
Swami II (1991)
Belum Ada Judul (1992)
Hijau (1992)
Dalbo (1993)
Anak Wayang (1994)
Orang Gila (1994)
Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996)
Kantata Samsara (1998)
Best Of The Best (2000)
Suara Hati (2002)
In Collaboration with (2003)
Manusia Setengah Dewa (2004)
In Love (2005)
50:50 (2007)

Wednesday, July 25, 2007

Barat VS Melayu


BARAT VS MELAYU


Sudah bukan hal baru, kalau kiblat musik Indonesia memang sebagian besar mengarah ke barat, ya British lah... ya American lah. Kalau mau disebut satu-satu sih koq kayaknya terlalu panjang ya.


Kiblat musik Indonesia sekarang ini, memang agak-agak aneh, ajaib, bin rada bikin nyengir kuda gitchu. Bagaimana tidak? Musik-musik yang dulunya dianggap kacangan, ada cengkok melayu, kelas bawah, kurang skill, merusak citra musik pop Indonesia, sekarang mulai dihargai oleh label sebesar Warner dan EMI. Mau tahu apa saja band-band apa saja yang mengagetkan itu? Sebut saja Radja (the pioneer of pop rock melayu masa kini), Kangen Band, Repvblik, ST 12, Matta (yang ini dari Bandung lho...). Untuk para penikmat musik, tahu kan band-band yang saya sebutkan tadi?


Kalau ditanya bagaimana respon saya terhadap band-band yang secara musikalitas banyak dicibir oleh kalangan musisi itu? (masih ingat kan bagaimana komentar Naif terhadap Kangen Band...hehe), Yup... respon saya sangat bijak (halah...sambil mikir apa yaaa????$%$##@@!##&&&*%#$)


MMMMhhhhhhh begini, saya menghargai perjuangan mereka untuk bergelut di dunia musik yang memang sangat selektif dan kejam, tapi maaf saya belum bisa menghargai musik mereka. Kalau soal skill sih, kalau Radja masih boleh laaaah (yang tidak setuju coba ngacung...woowww buanyakkk bangett siiihh), tapi untuk lagu dan pemilihan nada-nada atau accord-accordnya sangat-sangat biasa, tidak ada yang istimewa. Gampangannya, gampang ditiru, dan kurang nuansa.


Nah, sepertinya di tingkat label sendiri memang sekarang ini lebih lunak terhadap band pendatang baru. Tapi, Sony BMG, dan Aquarius nampaknya masih konsisten dengan idealis mereka yang memang sangat selektif dalam mengambil band/penyanyi.


Disinilah letak pertentangan itu, band-band yang sudah mapan sebelumnya kayak Slank, Gigi, Dewa, Padi, Sheila on 7, Jamrud, Boomerang, dan beberapa Rising Star kayak Naff, Nidji, Ungu, Letto, harus dibuat tercengang dengan selera musik orang Indonesia sekarang. Lihatlah bagaimana antusiasnya penonton ketika Kangen Band muncul di Soundrenaline 2007, atau ketika mereka menonton Radja, atau ketika Hanya Ingin Kau Tahu (yang Malaysia abis) dinyanyikan Repvblik, atau ketika band Matta mainin lagu "Ketahuan" (yang ada sentuhan dangdutnya itu). Wow... ada apa ini?? Ya...memang apa lacur, band cengkok melayu dan berbau dangdut (maaf saya juga suka dangdut, asal yang asli macem Soneta, Mansyur S, Elvi, Rita Sugiarto) , yang memang sebenarnya mengakar ke musik asli Indonesia, sekarang ini diterima oleh label sekelas EMI dan Warner (terlepas dari masalah mereka bisa meraup untung banyak dari penjualan album).


Band-band yang mengiblat atau setidaknya banyak terinfluence musik-musik barat, entah itu British, American, Irlandia, seperti yang saya sebut di atas, memang sepertinya harus "legowo". Maksud saya, ya...terima saja keadaan yang memang lagi seperti ini. Jadikan semua itu pewarna, atau pembanding, walaupun memang ada kekhawatiran akan semakin menurunnya selera musik orang Indonesia.
Apa kita mengiblat saja ke Arabic Music nih??? Kalau saya sih suka sekaleeeeeee dengan musik Timur Tengah. Coba deh klik http://musicoflebanon.com. Just listen it. Peace ah....





Wednesday, July 12, 2006



MUSISI JENIUS ITU BERNAMA DHANI

Nama Ahmad Dhani tentunya tidak asing lagi bagi orang Indonesia, khususnya bagi mereka yang suka musik. Dia memang termasuk salah satu hits maker yang sangat diperhitungkan di dunia musik Indonesia. Bersama grup bandnya, Dewa, Dhani sudah lama bergelut mewarnai musik Indonesia.

Lagu-lagunya banyak yang menjadi hits. Dialah motor Dewa. Banyak yang mengagumi atau menghujatnya. Ya...menghujat karena Dhani seringkali membuat pernyataan-pernyataan kontroversial ketika berhadapan dengan wartawan. Bisa jadi ini memang sudah menjadi karakternya yang luar biasa "ngomong apa adanya" sehingga terkesan arogan, atau mungkin juga sebenarnya trik. Ya...trik untuk tetap jadi yang terdepan (seperti slogan motor Yamaha yang dinyanyikannya, red) di dunia musik pop tanah air.

Kurang lebih lima belas tahun Dhani mewarnai musik Indonesia, namanya terus menyeruak di tengah hiruk-pikuknya band-band dan penyanyi baru. Dan justru di tengah situasi seperti itu, dengan pongahnya dia menyebut band-band lain seperti Padi, Sheila on 7, Radja, (www.tembang.com), tidak inovatif seperti diri (band)- nya.

Ketertarikannya pada dunia sufi banyak mempengaruhi hidupnya. Dari nama-nama tiga anaknya saja sudah terbaca dengan jelas, ada Jalaluddin Rumi, dan Abdul Qodir Jaelani. Belum lagi syair-syair lagu yang ada di album Cintailah Cinta dan Laskar Cinta. Hampir semuanya bertema sufistik. Hanya saja dia padukan dengan musik pop ala Indonesia (ala Dewa). Jadinya? Tentu sebuah syair cinta yang tidak njlimet, mudah dicerna, yang dibalut dengan musik rapi khas Dewa. Jenius kan si Dhani?

Terlepas dari sikap dan omongannya yang kontroversial, Dhani memang sebuah aset bagi berkembangnya musik tanah air. Dengan memadu-madukan masterpieces syair dan musik yang pernah ada di jagat ini, dia berhasil menjelma sebagai sosok yang disegani kalangan musisi dan pers musik. Masih ingat kasus komentarnya ketika menghadiri SCTV music Awards? Waktu itu dia bilang grupnya (Dewa, red) dapat penghargaan karena mereka hadir waktu itu. Pernyataan ini tentunya bisa membuat kuping para juri panas. Tapi, ya sekali lagi itulah Dhani Ahmad Manaf, alias Ahmad Dhani, yang memang bengal, pongah, tapi jenius dalam industri musik. Sampai ketemu Dhan...