Thursday, July 26, 2007


IWAN FALS SANG LEGENDA


Iwan Fals, ya... namanya begitu kuat tertanam di hati para penikmat musik Indonesia. Namanya sudah menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, kesewenang-wenangan penguasa, simbol pembela kaum lemah seperti anak jalanan, pengamen, orang-orang pinggiran, simbol kekuatan-kekuatan lirik cinta yang lugas apa adanya, sekaligus sebagai ikon musisi yang masih bertahan sampai saat ini.


Banyaknya konser-konser band di negri ini dapat membuktikan besarnya apresiasi orang terhadap Iwan Fals. Coba perhatikan, apapun konsernya, spanduk Oi (Orang Indonesia), yang merupakan komunitas fans Iwan Fals, selalu terentang. Spanduk Oi selalu ada seperti halnya spanduk Slankers. Ya... keduanya memang kekuatan besar dalam industri musik Indonesia, dengan jumlah fans fanatik yang sangat besar. Bedanya, Slankers adalah fans sebuah grup band bernama Slank, dan Oi adalah fans seorang penyanyi bernama Iwan Fals. Yang dilihat fans Iwan adalah sosoknya secara individu, ya... secara individu atau personal !


Iwan Fals lahir di Jakarta dengan nama Virgiawan Listanto pada tanggal 3 September 1961. Pengagum Bob Dylan itu, mempunyai istri bernama Rosanna, dikaruniai tiga anak, Annisa Cikal Rambu Basae, Rayya Rambu Robbani, dan Galang Rambu Anarki (alm).


Iwan Fals juga pernah bermain film tahun 1985 berjudul Damai Kami Sepanjang Hari, yang disutradarai oleh Sophan Sophiaan.

Discography:
Canda dalam nada (1979)
Perjalanan (1980)
Sarjana Muda (1981)
Opini (1982)
Sumbang (1983)
Barang Antik (1984)
Sugali (1984)
KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985)
Sore Tugu Pancoran (1985)
Aku Sayang Kamu (1986)
Ethiopia(1986)
Lancar (1987)
Wakil Rakyat (1987)
1910 (1988)
Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1988)
Mata Dewa (1989)
Swami I (1989)
Kantata Takwa (1990)
Cikal (1991)
Swami II (1991)
Belum Ada Judul (1992)
Hijau (1992)
Dalbo (1993)
Anak Wayang (1994)
Orang Gila (1994)
Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996)
Kantata Samsara (1998)
Best Of The Best (2000)
Suara Hati (2002)
In Collaboration with (2003)
Manusia Setengah Dewa (2004)
In Love (2005)
50:50 (2007)

Wednesday, July 25, 2007

Barat VS Melayu


BARAT VS MELAYU


Sudah bukan hal baru, kalau kiblat musik Indonesia memang sebagian besar mengarah ke barat, ya British lah... ya American lah. Kalau mau disebut satu-satu sih koq kayaknya terlalu panjang ya.


Kiblat musik Indonesia sekarang ini, memang agak-agak aneh, ajaib, bin rada bikin nyengir kuda gitchu. Bagaimana tidak? Musik-musik yang dulunya dianggap kacangan, ada cengkok melayu, kelas bawah, kurang skill, merusak citra musik pop Indonesia, sekarang mulai dihargai oleh label sebesar Warner dan EMI. Mau tahu apa saja band-band apa saja yang mengagetkan itu? Sebut saja Radja (the pioneer of pop rock melayu masa kini), Kangen Band, Repvblik, ST 12, Matta (yang ini dari Bandung lho...). Untuk para penikmat musik, tahu kan band-band yang saya sebutkan tadi?


Kalau ditanya bagaimana respon saya terhadap band-band yang secara musikalitas banyak dicibir oleh kalangan musisi itu? (masih ingat kan bagaimana komentar Naif terhadap Kangen Band...hehe), Yup... respon saya sangat bijak (halah...sambil mikir apa yaaa????$%$##@@!##&&&*%#$)


MMMMhhhhhhh begini, saya menghargai perjuangan mereka untuk bergelut di dunia musik yang memang sangat selektif dan kejam, tapi maaf saya belum bisa menghargai musik mereka. Kalau soal skill sih, kalau Radja masih boleh laaaah (yang tidak setuju coba ngacung...woowww buanyakkk bangett siiihh), tapi untuk lagu dan pemilihan nada-nada atau accord-accordnya sangat-sangat biasa, tidak ada yang istimewa. Gampangannya, gampang ditiru, dan kurang nuansa.


Nah, sepertinya di tingkat label sendiri memang sekarang ini lebih lunak terhadap band pendatang baru. Tapi, Sony BMG, dan Aquarius nampaknya masih konsisten dengan idealis mereka yang memang sangat selektif dalam mengambil band/penyanyi.


Disinilah letak pertentangan itu, band-band yang sudah mapan sebelumnya kayak Slank, Gigi, Dewa, Padi, Sheila on 7, Jamrud, Boomerang, dan beberapa Rising Star kayak Naff, Nidji, Ungu, Letto, harus dibuat tercengang dengan selera musik orang Indonesia sekarang. Lihatlah bagaimana antusiasnya penonton ketika Kangen Band muncul di Soundrenaline 2007, atau ketika mereka menonton Radja, atau ketika Hanya Ingin Kau Tahu (yang Malaysia abis) dinyanyikan Repvblik, atau ketika band Matta mainin lagu "Ketahuan" (yang ada sentuhan dangdutnya itu). Wow... ada apa ini?? Ya...memang apa lacur, band cengkok melayu dan berbau dangdut (maaf saya juga suka dangdut, asal yang asli macem Soneta, Mansyur S, Elvi, Rita Sugiarto) , yang memang sebenarnya mengakar ke musik asli Indonesia, sekarang ini diterima oleh label sekelas EMI dan Warner (terlepas dari masalah mereka bisa meraup untung banyak dari penjualan album).


Band-band yang mengiblat atau setidaknya banyak terinfluence musik-musik barat, entah itu British, American, Irlandia, seperti yang saya sebut di atas, memang sepertinya harus "legowo". Maksud saya, ya...terima saja keadaan yang memang lagi seperti ini. Jadikan semua itu pewarna, atau pembanding, walaupun memang ada kekhawatiran akan semakin menurunnya selera musik orang Indonesia.
Apa kita mengiblat saja ke Arabic Music nih??? Kalau saya sih suka sekaleeeeeee dengan musik Timur Tengah. Coba deh klik http://musicoflebanon.com. Just listen it. Peace ah....